Kecelakaan Pesawat Sukhoi Superjet 100
Banyak kejadian di bulan Mei 2012 yang membuat dunia memalingkan matanya sejenak ke Indonesia. Pada hari Rabu, 9 Mei 2012, terjadi peristiwa naas ketika pesawat Sukhoi Superjet 100 dengan nomor penerbangan RA36801 yang sedang melakukan joyflight mengalami kecelakaan dan jatuh di lereng Gunung Salak. Kejadian ini tentu membuat kaget banyak pihak karena pesawat buatan Rusia ini memiliki teknologi yang paling mutakhir. Muncullah banyak desas-desus dibalik jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 ini seperti adanya pembajakan dengan motif persaingan ekonomi, politik, dan militer.
Banyaknya berita yang beredar mengenai penyebab jatuhnya pesawat naas tersebut. Berita tersebut simpang siur dan membuat banyak masyarakat bingung. Seperti isu yang berkembang tentang alat komunikasi salah satu wartawan Angkasa yang masih menyala pada pukul 17.00 (9/5). Namun berita tersebut sudah diklarifikasi oleh Majalah Angkasa dan info tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan serta tidak benar.
Atau isu lain mengenai keberadaan parasut milik salah satu awak pesawat Sukhoi superjet 100. Prayitno Ramelan, seorang pakar politik dan juga Kompasianer menuliskan tentang keberadaan parasut tersebut. Keberadaan parasut tersebut memang ada namun laporan yang muncul dari anggota Kopassus dibantah. Terlihat janggal ketika pesawat komersil harus menyimpan parasut sebagai bentuk penyelamat diri yang seyogyanya ada di pesawat tempur.
Gunung Salak pun kini semakin terkenal sebagai gunung pencabut nyawa. Memang gunung yang terletak di Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor, Jawa Barat, menjadi favorit para pendaki karena tekstur gunung yang unik. Namun gunung berapi ini ternyata diselimuti oleh banyak mitos yang berkembang di masyarakat setempat. Salah satunya yang paling terkenal adalah misteri segitiga Bogor. Walaupun sulit diterima dengan akal sehat, keberadaan mitos ini dipercayai.
Korban meninggal sebanyak 45 orang telah berhasil dievakuasi dan dipulangkan ke keluarga masing-masing. Pada hari Rabu (30/5) FDR (flight data recorder) atau yang lebih dikenal dengan black box berhasil ditemukan oleh warga dan diserahkan ke pihak yang berwenang. Walaupun transkrip dari CVR dan FDR ini bersifat sangat rahasia, semua berharap agar penyebab peristiwa naas ini diungkap secara lengkap dan tidak dibiarkan menggantung. Cukup sudah citra penerbangan maut ditorehkan ke wajah Indonesia. (BILL)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar